Showing posts with label arwah Nurfatihah. Show all posts
Showing posts with label arwah Nurfatihah. Show all posts

Friday, June 19, 2015

HasbiAllah wa ni'mal wakil, cukuplah Allah bagiku



Mengapa harus cemas, mengapa harus takut, mengapa harus khuatir? Bukankah ada ALLAH swt yang menjadi penolong dan pelindung kita? Seperti yang dilakukan oleh Rasulallah saw dan para sahabatnya saat perang Uhud dimana kafir sudah bersiap sedia menyerang, perkataan yang keluar dari mereka ialah hasbunallah wa ni'mal wakiil. Kita adalah makhluk yang lemah, kita tidak memiliki kekuatan. Kekuatan hanya milik Allah, maka serahkan segala urusan kepadaNYA Insya Allah jika kita bertawakkal kepada Allah swt maka Dia akan menjadi Penolong dan Pelindung kita.... Tapi bagaimana cara kita bertawakkal??? Ramainya yang tersalah konsep tawakkal....

Menurut bahasa "tawakkal" itu bererti berserah diri, mempercayakan diri atau mewakilkan. Menurut syariat pula tawakkal bererti "mempercayakandiri kepada Allah SWT dalam melaksanakan suatu rancangan, bersandar kepada kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, berserah diri di bawah perlindungan-Nya pada waktu menghadapi kesukaran". Dengan pengertian tersebut dapatlah ditegaskan bahawa tawakkal itu berkaitan dengan suatu rencana yang tetap (keputusan) atau kemahuan (azam) yang disertai dengan ikhtiar melaksanakan rencana itu. Ikhtiar dilakukan dalam memenuhi tertib atau sunatullah sah Allah berfirman yang bermaksud:

"Adakanlah musyawarah dengan mereka dalam beberapa urusan, dan bila engkau telah mempunyai ketetapan hati, maka berserah dirilah kepadaAllah." (Surah Ali-Imran: 159)

Firman Allah SWT yang bermaksud: "Berpalinglah dari mereka itu, dan berserah dirilah kepada Allah. Dan cukuplah Allah itu sebagai pelindung." (Surah An-Nisa': 81)

Berhubungan dengan perkaitan erat antara tawakkal dengan rencana yang matang (ketetapan hati) dan ikhtiar melaksanakan rencana itu, maka adalah sesuatu kekeliruan jika tawakkal itu diertikan sebagai berdiam diri tanpa ikhtiar sama sekali, misalnya mengharapkan sembuh dari penyakit tanpa berubat atau mengharapkan hidup makmur tanpa bekerja. Banyak dalil dalam Al-Quran dan hadis yang menjelaskan pentingnya ikhtiar, usaha dan bekerja. Dalam berikhtiar itulah proses usaha dan redha menerima "buah" daripada pekerjaan itu, banyak ataupun sedikit.

Suatu contoh digambarkan dalam suatu hadis: "Telah datang kepada Rasulullah SAW seorang lelaki yang hendak meninggalkan unta yang dikendarainya terlepas begitu saja di pintu masjid, tanpa ditambatkan terlebih dulu. Dia bertanya: 'Ya Rasulullah! Apakah unta itu saya tambatkan lebih dahulu kemudian saya tawakkal,atau saya lepaskan saja dan sesudah itu saya tawakkal? Rasulullah SAW menjawab: 'Tambatkan lebih dahulu dan kemudian bertawakkallah engkau!" (Riwayat Tirmidzi)

Pernyataan Tawakkal itu termasuk pekerjaan hati, terpaut di hati dalam menghadapi sesuatu persoalan atau pekerjaan, di mana manusia merasa bahawa dengan kekuatan sendiri tidak akan sanggup menghadapinya tanpa bersandar kepada kekuatan Allah SWT. Apa yang terpaut dalam hati dengan keyakinan tersebut dipancarkan ke luar dengan mengucapkan (hasballah) sebagai berikut: Hasbi Allah wa ni'mal wakil" Allah cukup bagiku dan Dia sebaik-baik Penjaga" maka tidak ada lagi alasan untuk takut, tidak ada lagi alasan untuk tidak semangat, tidak ada lagi alasan untuk khuatir pada hari esok sebab kita sebenarnya sudah ada Penolong dan Pelindung buat diri kita..... jadi, ana di sini untuk mengajak sahabat-sahabat untuk bangun bangkit dan bersama-sama untuk jadikan Allah sebagai penolong kita... Jadikan hasbunallah wa ni'mal wakiil sebagai motto hidup kita..... mengadulah kepada Penolong kita andai masalah menghambat kita....dan beryakinlah...InsyaAllah..... ayuh bangkit wahai pemuda...bangkit dari lenamu yang terlalu panjang..

[Dipetik dari blog Hari-hari Dalam Hidupku]


Hasbi Allah wani’mal wakil 
Wani’mal maula Wani’man nasir


Cukuplah Allah Bagiku, Sebaik-baik Pelindung 
Sebaik-baik Penjaga, Sebaik-baik Penolong


Sunday, June 9, 2013

Thank You, My Daughter

It's nearly been two years since my daughter died. Looking back at the photos since 2011, I could say I've been through some rough spots. However it's because of those rough spots that made me come this far. 2 months from now, it'll be the birth/deathday of my dearest daughter, Nurfatihah Humairah bt. Muhammad Rahmat. Even though it (sometimes) kinda break my heart, but I have to say, it's because of her I've been striving hard to achieve some kind of 'trademark' for my cakes. It's not something that I had wished to achieve since I started baking, it just came suddenly (even desperately) when that bleak day came into my life. Baking started to become a kind of lifebuoy to me, something I could cling desperately onto when everything seemed grey and bleak. I found I could pour out my heart and soul when making a cake for somebody, especially if it was for a little girl. Maybe silently I had been wishing those cakes were for my own daughter. Maybe, just maybe, I had silently hope that one day, I might perhaps make a cake for my own little girl and not for somebody else's daughter. And maybe, just maybe, who knows that day might come...

For those who think I've been blessed with some kind of talent, I would say it wasn't quite like that. It didn't happen overnight. It happened because I've been through unimaginable pain, emotional and physical pain that had forced me to sit and carve and decorate a cake as smooth as could be, without any flaws (if it can be helped). I did it because achieving cakes as smooth as a piece of cake wrapped in fondant acted like a kind of therapy to me. And in a way it helped, with a strong support from my husband and son, and not to mention the remembrance in Allah swt.

There were times I felt that all seemed hopeless, especially if my body (to be exact, my ruptured uterus) didn't agree with me. I wasn't as able or as strong as I used to be. I couldn't stand on my feet for hours till end without feeling stabs of pain in the injured area. I couldn't tell others I was feeling 'unwell' and couldn't take any orders because of my 'health'. I felt frustrated that nobody understood what I was going through. Matters didn't help when time passed by and people quickly forgot I had a burst uterus that could burst again if I became pregnant. In the end, it all depended on me. Only I know my own capability and health. So I made plans, I took a week or two from taking orders. And, yes, it might have taken months, years possibly, for me to accept that I couldn't be as active as other bakers. And yes, maybe some might say I have no 'cita-cita' or desire to achieve more. For me, if it was God's will, all will come in time. For me, achieving what (little) I have today is no other than having gone through the roller coaster ride of emotional, physical and spiritual turbulence of  accepting that, indeed, nothing in this life is forever and a hard experience/life can either make you a strong person or a broken one, depending on your will.

I am proud of what I'm doing today, but not proud enough to admit it all came because of my 'talent'. I have no talent, I'm just a hobbyist (gone patisserie) who just come to love decorating cakes because it allows me to express my feelings. What I've achieved now is not something most people have gone through. I'm not proud of what I have, other people are more capable than me. I'm just doing what I love, and it happened because of the sadness I've been through. I love my daughter, it's because of her I find comfort in cake decorating. And now it's time a pave a new path, sow new seeds of hope and happiness, for a brighter future.

Thank you, my daughter. May Allah bless your soul and may you find happiness in Jannah.

Fullly fresh cream barbie doll cake, decorated with penuh perasaan

Fullly fresh cream barbie doll cake, decorated with penuh perasaan


Monday, February 13, 2012

Demam dan Check-up

Assalamualikum,

Beberapa hari ni badan tak sihat, asalnya sakit tekak je pastu sakit kepala, melarat jadi demam, batuk dan selsema. Minggu ni rehat, takde nak lasak sangat bereksperimen di dapur. Lagipun minggu ni ada appoinment dengan doktor pakar, checkup rahim dan nak tanya beberapa soalan berkaitan dengannya. Kalau ada info berkaitan ruptured uterus (rahim pecah) insyaAllah saya akan update masa ke semasa, kot ada yang sama kes dengan saya ni. Saya bukanlah doktor, jadi banyak benda yang saya tak tahu. Apapun, berserah segalanya padaNya, we don't know our future tapi mudah-mudahan janganlah kita berputus harapan. Apa yang terjadi atau bakal terjadi, anggaplah ia sebagai qada dan qadar yang Allah telah tentukan untuk kita...

Salam dari saya,
-Zack-

Saturday, December 17, 2011

Menghadapi Kesedihan Akibat Keguguran

"Doktor, apalah nasib saya. Saya telah gagal memberikan zuriat untuk suami saya. Saya wanita tak guna!"

"Masihkah suami sayangkan saya walaupun saya gagal untuk meneruskan kehamilan?"

Pernahkah soalan-soalan ini diluahkan oleh anda? Ataupun terlintas dalam fikiran anda walaupun sejenak? Jika ada, bacalah artikel dari Dr. Zubaidi yang bertajuk 'Menghadapi kesedihan akibat keguguran'. Apa yang terjadi pada saya semasa mengandungkan arwah Nurfatihah juga boleh dianggap seperti keguguran last minit (boleh ke camtu?), dan saya faham apa yang dilalui oleh ibu-ibu yang telah keguguran anak...

Satu riwayat hadis oleh Qurrah al-Mizni r.a:
Sesungguhnya Nabi Allah s.a.w apabila duduk, maka sekumpulan dari sahabat juga akan duduk bersamanya. Ketika itu seorang anak kecil , anak kepada seorang sahabat, datang dari arah belakang ayahnya lalu didudukkan ayahnya di pangkuannya.

Maka Nabi bertanya kepadanya : Kamu cintakannya ?
Jawabnya : Wahai RasuluLLAH ! Aku mencintaimu ( ATAU ) ALLAH mencintaimu sebagaimana aku mencintai anakku.

Maka ( selepas itu ) anaknya meninggal , dan lelaki tadi tidak lagi menghadiri majlis bersama RasuluLLAH kerana mengingati anaknya dan bersedih atas kematiannya.

Nabi menyedari kehilangannya lalu bertanya : Manakah si Fulan , aku tak melihatnya di sini ?
Maka para sahabat memberitahunya : Wahai RasuluLLAH , anaknya yang telah kau lihat dulu telah meninggal.

Baginda terus menemuinya dan bertanyakan tentang anaknya. Dia memaklumkan kematian anaknya lalu Baginda mengucapkan takziah kepadanya lalu berkata :
Wahai Fulan! Yang mana satu lebih kau sukai ,nikmati kehidupan kamu ini atau kelak kamu tidak akan sampai ke satu pintu dari pintu-pintu syurga dan kamu dapati anakmu telah mendahuluimu dan membukakan pintu untukmu?

Dia menjawab : Wahai Nabi Allah ! Bahkan sudah tentu aku sukai jika dia mendahuluiku dan membukakan pintu syurga buatku.

Maka kata Baginda : Maka begitulah keadaannya bagimu.
Maka bertanya seorang sahabat dari kalangan Ansar : Wahai RasuluLLAH , moga Allah menjadikanku sebagai galang gantimu; apakah yang kau nyatakan tadi khusus baginya atau untuk kami semua ? Maka jawab Baginda : Bahkan ia adalah untuk kamu semua.

(petikan di atas di c&p dari I am Adlie and I'm just being me)



‎"Anggaplah musibah yang kita terima sebagai satu ujian Allah untuk mengangkat darjat kita atau menghapuskan dosa kita. Kecekalan kita akan menyebabkan kita muncul sebagai insan cemerlang di dunia dan di akhirat."

Thursday, December 15, 2011

Mengapa Harus Bersedih?

Dipetik dari buku Diari Islam 1432-1433H, Dr. Badrul Amin Bahron, Jangan Bersedih: Zikir Munajat & Tazkirah, 2006)

Saudara. Allah benar janji-Nya. Allah telah menentukan sesuatu. Yang hilang tidak bermakna binasa. Yang pergi tidak bermakna kita hilang segala. Kalau kita ukur - banyak mana yang Allah ambil, dibanding dengan banyak mana yang Allah telah beri kepada kita. Firman Allah:

"Kalau kita cuba hitung nikmat Allah, nescaya tidak akan terhitung banyaknya." (Ibrahim 14:34)


Mata, telinga, mulut, kaki dan sebagainya. Harta yang melimpah ruah. Pandang yang sekitarmu. Apa yang kurang? Tidak ada apa yang kurang, saudara. Rumah, kereta, isteri, anak-anak, segalanya cukup.

Dan apabila musibah menimpa, Allah tarik balik sedikit sahaja dari kurnia-Nya, mengapa harus berdukacita? Mengapa harus bersedih? Bukankah itu petanda bahawa Allah mungkin menggantikan dengan sesuatu yang lebih baik? Allah tarik sesuatu untuk Allah berikan sesuatu yang lain. Tidak mustahil.

Berlapang dada kepada Allah, bahawa Allah menentukan segalanya. Yakinlah. Firman Allah:

"Jangan takut, jangan berdukacita." (Al-Ankabut 29:33)


Kadang-kadang manusia merasa dukacita kerana beban hidup yang terlalu banyak. Penyakit yang menimpa. Masalah keluarga yang banyak. Masalah anak, masalah isteri, masalah jiran, masalah kerja, masalah kereta, masalah itu dan sebagainya. Maka dia bersedih, dia berdukacita, jiwanya tertekan.

Mengapa harus bersedih? Bukankah hidup ini penuh dengan perjuangan mengatasi segala masalah? Hidup bermakna kita berdepan dengan masalah. Orang yang tidak mahu berdepan dengan masalah maka dia tidak layak untuk hidup di dunia ini. Masalah yang besar yang tetap akan kita hadapi ialah hasutan iblis dan syaitan. Tidak ada masalah yang lebih besar daripada itu.

Mungkin kita merasakan bahawa masalah anak yang terlalu menekan. Anak kita nakal, anak kita degil, anak kita tidak mendengar cakap, anak kita suka melawan, dan sebagainya. Saudara, bukankah itu mengajak kita berusaha berjihad mendidiknya! Dan setiap didikan kita kepada anak kita akan diberikan pahala oleh Allah SWT. Lantas berusahalah untuk mendidiknya, mengajarnya, mengasuhnya, dengan cara yang terbaik.

Ya, katakanlah anak kita degil, anak kita suka melawan, anak kita tidak dengar cakap. Lantas kita berusaha untuk mendidiknya, untuk mengajarnya, untuk mengasuhnya, dengan yang terbaik. Kita beroleh pahala dari Allah swt.

Apakah ada masalah yang lebih besar di dunia ini daripada masalah berdepan dengan hasutan syaitan, dengan iblis? Syaitan yang sentiasa mengajak kita untuk melakukan kejahatan, syaitan yang sentiasa mengajak kita untuk melakukan maksiat. Itu masalah yang besar. Sebab itu mujahadatun-nafs - melawan nafsu, melawan syaitan, melawan iblis, itu adalah asas kepada perjuangan jihad manusia di muka bumi ini.

Iblis telah bersumpah dengan Allah SWT bahawa dia akan mengganggu Bani Adam, dia akan menggoda Bani Adam, dia akan menyesatkan Bani Adam. Mereka akan berusaha melakukan itu secara berterusan, sejak kita kecil, dewasa hingga kembali kepada Allah SWT. Ini masalah yang perlu kita hadapi. Adapun selain daripada itu anggaplah ia asam garam kehidupan.

Masalah yang kita lalui mematangkan jiwa kita, mematangkan akal kita, mematangkan peribadi kita. Akhirnya orang yang sudah banyak melalui masalah, dia menjadi manusia yang tenang, kerana dia rasa lapang dengan segala penyelesaian yang dia hadapi.

Saudara. Yakinlah dengan sebarang masalah diserahkan kepada Allah. Kita setakat berusaha, Allah jua yang menentukan.

Saturday, November 12, 2011

Kata-Kata Hikmah...3

Setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Sama ada kita hendak mengambil sisi yang positif atau negatif dari sesuatu musibah atau ujian. Allah swt jugalah sebaik-baik penolong, maka mohonlah dari Allah agar dipermudahkan segala urusan. Hasbunallah wa 'nikmal wakil. 
(c&p Sham Kamikaze@FB)


“People are often unreasonable and self-centered. Forgive them anyway.
If you are kind, people may accuse you of ulterior motives. Be kind anyway.
If you are honest, people may cheat you. Be honest anyway.
If you find happiness, people may be jealous. Be happy anyway.
The good you do today may be forgotten tomorrow. Do good anyway.
Give the world the best you have and it may never be enough. Give your best anyway.
For you see, in the end, it is between you and God. It was never between you and them anyway.
(c&p Hakim Kamari@FB)


Barangkali kamu tidak menyukai kritikan atau kejian ramai tapi itulah cara Allah swt menegur kamu di dalam sesuatu perkara. Ambillah sisi yg baik dan bukan yg buruk. There's always two sides of a coin :) 
(c&p Sham Kamikaze@FB)


Kalau dikeji berlapang dadalah, kalau dipuji merendah dirilah dan kembalikan segala pujian kepada Allah Azza Wajalla. 
(c&p Sham Kamikaze@FB)


Kalau kamu berkongsi sesuatu dengan sahabat, barangkali kamu dituduh riak dan ingin menunjuk-nunjuk. Segala tindak tanduk kamu akan 'dihakimi' oleh manusia, sedangkan Allah swt jualah sebaik baik hakim yang Maha Adil. Sahabatku, teruskanlah usaha dakwah kerana Allah swt semata2 dan jangan hiraukan apa 'hakim' manusia kata. Allahu Akbar! 
(c&p Sham Kamikaze@FB)

Tuesday, November 1, 2011

Tidak Mudah...Tapi Akan Terasa Indah

Terasa nak share sesuatu di pagi November ini. Walaupun ringkas tapi penuh bermakna...


TIDAK MUDAH...TAPI AKAN TERASA INDAH
(c&p dari Oh! Aduhai@Facebook)


Tidak MUDAH tersenyum ketika hati menangis dan tehiris,
Tapi akan terasa INDAH ketika kita menyedari itu adalah sebahagian dari kasih Ilahi,
Agar Allah memindahkan kebaikan-kebaikan orang yang menyakiti kita..

Tidak MUDAH bangkit dalam keadaan yang lemah,
Tapi akan terasa INDAH ketika kita menyedari bahawa Allah sedang menyapa dengan cinta-Nya,
Agar kita sentiasa tabah dan kuat..

Tidak MUDAH memberi, ketika diri sendiri dalam kekurangan,
Tapi akan terasa INDAH ketika kita dapat membahagiakan orang lain,,
Agar diri akan terasa lebih bahagia..

Tidak MUDAH memaafkan ketika kita dibenci dan di hina,
Tapi akan terasa INDAH kalau itu adalah sebahagian daripada penyucian diri...
agar diri kita Ikhlas dalam menggapai redha Ilahi..

Tidak MUDAH melupakan kegagalan ketika kita masih bersedih memikirkannya,
Tapi akan terasa INDAH ketika menyedari itu adalah permulaan dari kejayaan kita..

Tidak MUDAH melupakan masa lalu yang menyakitkan,
Tapi akan terasa INDAH ketika menyedari itulah jalan yang harus ditempuh,
Untuk mengecapi kebahagiaan yang akan diberikan Allah sebagai penggantinya..

Tidak MUDAH menghilangkan duka kerana kehilangan,
Tapi akan terasa INDAH ketika menyedari...
Bahwa Tuhan telah meminjamkan kepada kita beberapa saat..

Tidak MUDAH menghadapi penderitaan dan cubaan yang terus mendera,
Tapi akan terasa INDAH ketika menumbuhkan kesabaran dan rasa syukur,
Dan menyedari itu adalah sebahagian daripada cara Allah menyayangi hambanya...

Seperti Allah menyayangi para Nabi dan Rasul-Nya..-)

Thursday, October 27, 2011

Kata-kata Hikmah...2

Jangan Berkata 'Kalaulah'
Hadis sahih Muslim, daripada Abu Hurairah ra, Rasullah saw bersabda:

"Orang mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dikasihi Allah daripada orang mukmin yang lemah. Masing-masing ada mempunyai kebaikan. Bersungguh-sungguhlah mengerjakan sesuatu yang berguna (di dunia dan di akhirat); dan hendaklah selalu meminta pertolongan daripada Allah dan jangan berasa lemah, yakni putus harapan atau merasa hampa. Jika engkau ditimpa sesuatu janganlah berkata 'Kalaulah aku berbuat demikian tentu akan jadi begini dan begitu'. Sesungguhnya perkataan 'kalaulah' hanya membukakan jalan bagi syaitan untuk berbuat sesuatu".



"Kesulitan, masalah dan kesempitan akan menyedarkan manusia betapa kerdilnya diri sebagai hamba, sekaligus menyedarkan diri akan keagungan dan kekuasaan Allah. 
"Orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: 'Sesungguhnya kami kepunyaan Allah dan kepada-Nyalah kami kembali'"
(Al-Baqarah: 156)



"Adanya masalah, kesakitan dan kesusahan, membolehkan manusia membezakan di antara keselesaan (nikmat) dan kesengsaraan (bala). Justeru, ketika inilah manusia dapat menjiwai erti kesyukuran"



Anggap masalah itu sebagai satu ujian, yang akan meningkatkan keimanan dan ketabahan. Ini bersesuaian dengan firman Allah yang bermaksud:
"Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: Kami beriman, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cabaran)? Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang yang terdahulu daripada mereka, maka nyata apa yang diketahui Allah mengenai orang yang sebenar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahui-Nya tentang orang yang berdusta."
(Al-Ankabuut: 2-3)



Daripada Ibnu Abbas ra, Nabi saw bersabda:

"Wahai anak, aku ingin ajarkan kepada engkau beberapa kalimah: Peliharalah hak-hak Allah nescaya Allah memelihara kamu. Peliharalah hak-hak Allah nescaya engkau akan mendapatinya di mana sahaja kamu berada. Apabila kamu ingin meminta bermohonlah kepada Allah. Apabila kamu inginkan pertolongan mohonlah pertolongan daripada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya seluruh umat berhimpun untuk memberikan sesuatu manfaat kepada engkau, mereka tidak akan dapat berbuat demikian sedikit pun melainkan dengan suatu yang Allah telah tetapkan kepada kamu; sekiranya mereka berhimpun untuk memudaratkan kamu, mereka tidak akan dapat berbuat demikian sedikit pun melainkan dengan suatu yang telah Allah tetapkan ke atas kamu. Telah pun diangkat dan segala pena dan telah keringlah segala buku (segalanya telah ditetapkan oleh takdir dan ditulis di Luh Mahfuz)."

Wednesday, October 19, 2011

Kata-kata Hikmah...

Tak dapat nak tidur lagi, buat entry ringkas semasa ku berblog-walking dan berFB siang tadi. Mudah-mudahan ku akan sentiasa beringat dan beramal, insyaAllah..


Dari blog http://amazingsyafiah.blogspot.com:

"Orang ni banyak rencam dan ragamnya. 1 kena tanam dalam diri, mereka tak sama dengan kita. Malah nasib mereka juga tak sama dengan kita. Ada sesetengah dah cukup rasa puas bila dapat zuriat. Ada yang tidak dikurniakan zuriat tapi dah cukup bersyukur sebab Allah dah kurniakan dia dengan nikmat lain yang lebih banyak.

Dari Abu Hurairah r.a katanya, Nabi saw bersabda yang maksudnya : "Lihatlah kepada orang yang lebih rendah daripadamu dan jangan melihat kepada orang yang lebih tinggi. Itulah tembok yang kukuh supaya kamu tidak menghina pemberian Allah kepadamu". (Bukhari)

Allah uji kita dengan ujian yang pelbagai. Timbanglah dari perspektif yang berbeza:
~ Ada orang belum dikurniakan zuriat. Jika kita berada di tempat mereka terdayakah kita?
~ Ada orang dikurniakan anak istimewa. Jika kita berada di tempat mereka terdayakah kita?
~ Ada orang dikurniakan anak, kemudian ditarik semula. jika kita berada di tempat mereka terdayakah kita?

Persoalan tentang kehidupan ini bukan hanya berkisar pada zuriat saja. Ia berkisar tentang ujian yang Allah beri. Ada atau tanpa anak, Allah tetap memberikan ujian. Kawan-kawan yang dikurniakan zuriat yang berada hampir dengan kita itu juga ujian untuk kita. Tak lain tak bukan ujian ini untuk tingkatkan keimanan. Ada orang bila diberi ujian makin meningkat iman dan rapatnya dengan Pencipta. Tapi ada orang lebih tersasar... menyalahkan takdir yang telah diberikan serta tidak pula berusaha untuk meningkatkan diri.

Sesungguhnya sebahagian besar musibah yang menimpa manusia adalah disebabkan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya sedangkan Allah itu Maha Pengasih, Maha Adil dan lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya. Sama-samalah kita kurangkan mengeluh dan melihat hidup ini dari sisi yang positif, kerna sesungguhnya jika kita hitung nikmat yang Allah berikan ternyata ia jauh lebih banyak dari ujian yang Dia berikan... "


Dari Facebook Misteri dan keajaiban Alam:

YA ALLAH YA TUHAN KAMI....

PADAMU kami bersujud YA ALLAH...berikanlah kami kekuatan didalam mengharungi kehidupan yang kami lalui sekarang ini.Tabahkan lah hati kami ini dalam melalui ujian-ujian yang telah ENGKAU berikan pada kami..Hanya PADAMU kami meminta dan hanya PADAMU kami berserah..

YA ALLAH....

Sungguh besar ujian dan dugaan yang ENGKAU berikan pada kami di dunia ini..namun tanpa ujian dan dugaan yang telah ENGKAU berikan ini kami tidak akan tahu sejauh mana keimanan kami kepada MU..
KAU ampunkanlah dosa-dosa yang telah kami lakukan YA ALLAH. Hanya PADAMU sahaja tempat untuk kami berserah...permudahkanlah kehidupan kami YA ALLAH..dan selamatkanlah keluarga kami semua YA ALLAH...

YA ALLAH....

Terasa diri kami ini terlalu kerdil dihadapanMU YA ALLAH...dan kami juga malu bila selalu melupakan MU demi mengejar hal-hal duniawi..walhal ENGKAU tidak pernah melupakan hamba-hamba MU yang lalai ini..malah ENGKAU masih terus memberi peluang untuk kami berubah dengan memberikan kami ujian-ujian kecil supaya kami cepat sedar sebelum terlambat..YA ALLAH ampunkanlah kami umat NABI MUHAMMAD S.A.W ini..Hanya ENGKAU yang mengetahui apa yang tersurat dan tersirat..aminyarabalalamin


Dari Facebook "Saya Bangga Menjadi Surirumah Sepenuh Masa":

ALLAH tidak memberi apa yang kita harapkan, tapi DIA memberi apa yang kita perlukan. Kadang-kadang kita rasa kecewa, sedih, terluka.
Tapi jauh diatas sana DIA sedang mengatur yang TERBAIK UNTUK KITA
Kita merancang Allah juga merancang tetapi perancangan Allah lebih baik untuk kita.



Dari Facebook "Saya Bangga Menjadi Surirumah Sepenuh Masa":


Syukur kerana Allah masih mahu memandang ke arah kita dan masih sudi memelihara kita, tidak seperti setengah orang yang langsung Allah tidak mahu memandang atau menyapanya dengan ujian... Alhamdulillah...Terima kasih Allah.


Dari Facebook "Saya Bangga Menjadi Surirumah Sepenuh Masa":


Senarai semak apabila ditimpa ujian:
✔ Innalillahiwainnailairojiu'n ▬ ► Aku diuji lagi YA ALLAH,
✔ Subhanallah ▬ ► UJIAN apa yang KAU berikan ini,
✔ MasyaALLAH ▬ ► mengapa aku mempersoalkan TAKDIRMU lagi,
✔ Astaghfirullahaa'zim ▬ ► Maafkan aku Ya Allah aku pertikaikan KEKUASAANMU,
✔ Allahhuakhbar ▬ ► kuatkan HATI nuraniku hadapi semua ini dalam menggapai REDHAMU,
✔ Alhamdulillah ▬ ► ku tahu selepas ini ada HIKMAH kebahagiaan PEMBERIANMU


Dari Facebook "Bila hati berbicara":


Kadang2 kita takut untuk berdamping dgn "air", takut tenggelam..,
Kadang2 kita takut untuk mendekati "api", takut kepanasan..,
Kadang2 kita takut untuk menghampiri "batu", takut alami kecederaan..,
Dan kadang2 kita takut untuk membuat "keputusan", takut ada yang terguris perasaan...
Bila kita berada dalam keaadaan itu, ISTIKHARAHLAH jalan penyelesaian, hanya Allah yang mampu tunjukkan jalan..


Dari Facebook:


Motivasi Diri:
Siapa pun kita, kita pasti pernah bergelak ketawa sepuas-puasnya...
Siapa pun kita, kita pasti pernah berada dalam kesedihan yang teramat sangat...
Siapa pun kita, kita pasti pernah merasa kitalah yang paling beruntung...
Siapa pun kita, kita pasti pernah merasa yang kitalah yang paling teruk di dunia ini....
Walau siapa pun kita,... Ingatlah! setiap apa yang berlaku membuatkan kita melalui satu perkata yang dipanggil PENGALAMAN yang tidak boleh diperolehi dengan apa jua cara melainkan MELALUI nya


Dari Facebook "Saya Bangga Menjadi Surirumah Sepenuh Masa":


Kehidupan manusia itu seperti sebuah buku, sampul depan adalah tanggal lahir, sampul belakang tanggal kematian, tiap lembarnya adalah hari-hari dalam hidup kita, ada buku yang tebal dan ada juga buku yang tipis, hebatnya seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman yang selanjutnya yang bersih, baru dan tiada cacat, seburuk apapun hari kemarin Allah SWT selalu menyediakan hari yang baru untuk kita memperbaiki kesalahan yang kemarin, melanjutkan cerita yang sudah ditetapkanNya........Semoga Allah meredhai langkah kita.


Dari Facebook "Saya Bangga Menjadi Surirumah Sepenuh Masa":


Sahabatku, aminkan doa ini agar kita diberi kekuatan dan keikhlasan menerima ketetapan Allah.

"Ya Allah, Engkaulah Sumber Kebahagiaan kami. Tolonglah kami, kuatkan kami dgn cintaMu, menjadi sedar akan cinta kami, kehilangan kami, kedukaan kami, mengatasi perasaan marah, kecewa, luka perih dihati, agar kami rela menerima ketetapanMu yg membentuk pribadi kami menjadi lebih kuat dan sabar dlm menjalani kehidupan ini"

Friday, September 30, 2011

Melawat Arwah Nurfatihah Humairah

29 September 2011, dapat mak tangkap gambar kubur arwah puteri mak walaupun sebelum ni sudah berapa kali mak melawatmu. Sempat juga mak buatkan air bunga, walaupun terpaksa mengejar masa untuk pergi ke open-house kawan abah petang tu. Bunganya pun mak petik apa yang ada je di depan rumah, tak sempat mak nak hiris nipis-nipis. Takpelah, lain kali mak buat cantik-cantik, insyaAllah.. Yang penting, terlepas juga hajat mak nak siram air bunga kat kuburmu...

Kurbur arwah anak kami. Nisannya abah yang buatkan, taknak beli kat kedai. Abah nak buat sendiri, tu janji abah masa Nurfatihah meninggal..

Walaupun jasadmu telah ditelan bumi,
Walaupun rohmu kini di syurga abadi,
Kenanganmu tetap di dalam hati kami...


Al-Fatihah untuk arwah anakku Nurfatihah Humairah bt. Muhammad Rahmat
Semoga dikau tenang, aman dan gembira di sana...

Dari mak (Nurzakiah) dan abah (Muhammad Rahmat)



‎"Kita boleh mohon drp Allah swt apapun yg kita mahu; tetapi Allah hanya perkenan apa yg kita PERLU dan apa yg BAIK utk kita saja. Justeru, jgn sesekali bersangka buruk terhadap Allah. Doalah yg baik2 secara berterusan dan lihat betapa hidup kita berubah menjadi cemerlang dan di berkati Allah."

(Dato Dr. Hj. Mohd. Fadzilah Kamsah)

Thursday, September 29, 2011

Ketika Rahimku Pecah...Mereka Wanita-wanita Yang Tabah

Sebenarnya saya bercadang nak berhenti pada post yang terakhir, Post ke 5. Cuma saya fikir, mungkin orang tertanya-tanya, apakah kesudahan pada kes saya ini? Adakah sudah kembali seperti sedia kala, seperti sebelum kejadian ini berlaku? Atau adakah saya akan berterusan mengenangkan kejadian tersebut, terus merintih dan menangis tiap hari, tiap malam, tiap waktu?

Mungkin pada sesetengah orang akan menilai seperti saya tidak redha dengan takdir yang ditentukan oleh Allah ke atas keluarga saya. Mungkin ada juga yang menilai, begitu cepatkah saya sembuh, hingga dapat membuat kek-kek dan mengupdatekannya ke dalam blog saya? Jawapan tidak semudah itu..

Bagi saya, sukar untuk kita sebagai hamba Allah yang lemah untuk menyatakan samada kita sudah redha atau tidak. Mungkin, pada sesetengah orang, kita nampak tidak redha. Mungkin, pada sesetengah orang, kita nampak begitu akur dengan kehendakNya. Yang lebih tahu, hanya Dia yang Maha Mengetahui..

Saya tidak menyesali atas apa yang pernah berlaku pada saya. Malah saya bersyukur. Kerana dengan kajadian ini, membukakan mata saya, hati saya, untuk lebih memahami situasi teman-teman yang lain yang pernah juga kehilangan seperti saya. Tidak kira, setelah, semasa, atau sebelum dilahirkan..

Pada saya, saya anggap diri saya beruntung. Kerana walaupun anak saya meninggal dalam perut, terkeluar dari rahim, namun alhamudulillah, dia telah dilahirkan dengan cukup sifat tubuh badannya. Tidak semua wanita yang begini nasib anaknya. Terkenang saya akan beberapa orang teman yang melahirkan anak yang kurang upaya. Nauzubillah..

Saya juga beruntung, kerana anak saya tidak menghadapi masalah seperti jantung berlubang, paru-paru tidak matang, atau kekurangan yang lain-lain. Sedangkan berapa ramai wanita di luar sana yang melahirkan anak dalam keadaan dia tidak cukup bulan, tidak sempurna tubuh badannya..

Saya bersyukur, kerana saya telah merasai nikmatnya mengandung, melahirkan anak yang sihat, walau dalam keadaan yang macam mana pun. Situasi saya juga membuatkan saya lebih memahami, ibu-ibu atau bakal-bakal ibu yang mengharapkan cahaya mata tetapi belum ada rezeki. Betapa hebatnya dan tabahnya hati wanita-wanita ini, menerima dugaan Allah bertahun-tahun..dan belum tentu dikurniakan rezeki anak..

Saya juga boleh memahami, bukan mudah untuk menerima tomahan, ejekan, gurauan orang, yang bertanyakan cukupkah dengan seorang anak saja sekarang? Kerana saya juga tidak mustahil akan berkeadaan begitu memandangkan keadaan fizikal saya tidak sekuat dulu. Namun saya akan cuba bersabar, dan menyatakan, mungkin belum ada rezeki lagi.. Syukur alhamdulillah, biarpun begitu, saya masih ada lagi anak yang hidup, sihat, dan cergas..

Saya bersyukur, walaupun anak saya tidak sempat menatap kedua-dua wajah ibubapanya, merasai sentuh belai kami, namun berapa ramai wanita di luar sana yang telah kehilangan anak sewaktu mereka sudah besar? Betapa beratnya hati wanita-wanita ini menanggung kesedihan, kepiluan, menatap baju-baju, barang peninggalan arwah..

Saya juga bersyukur, kerana ujian ini lebih merapatkan hubungan saya dan suami saya. Walaupun perit menerima hakikat anak kami telah meninggal, setelah berbulan-bulan kami menunggu kehadirannya, suami saya masih bersama saya. Tidak pernah menyalah atau menuduh saya bahawa sayalah penyebab kematian anak kami. Bukan saya tak pernah dengar cerita, anak meninggal semasa dilahirkan dan si ibu dituduh penyebab anaknya mati, lalu ditinggalkn oleh si suami, membiarkannya keseorangan di bilik bersalin. Si isteri masa itu sudahlah terpaksa menanggung  perasaan bersalah, anaknya sudah tiada, ditanggungnya juga sakit bersalin. Nauzubillah..

Alhamdulillah, disebabkan kejadian ini, saya lebih memahami kaum-kaum ibu dan bakal-bakal ibu, yang mengalami bermacam-macam masalah. Bertapa besarnya kuasa Allah. Sesungguhnya, musibah yang menimpa diri yang kerdil ini telah membuka ruang untuk saya melihat dan merasai sesuatu keadaan dari sudut yang lain. Mudah-mudahan, saya akan terus istiqomah dan muhasabah diri ini, kerana bukan kita sahaja yang mengalami kesusahan dan ujian yang berat. Ada lagi yang jauh lebih berat tanggungannya dari kita..

SubhanAllah, Maha Suci Allah. Syukur pada Mu Ya Allah, kerana musibah ini menjadikan saya terasa beban yang ditanggung lebih ringan, jika hendak dibandingkan dengan mereka-mereka semua..

Wahai wanita-wanita, lelaki-lelaki di luar sana.. Usahlah dikau membuatkan hati wanita-wanita ini terguris dek gurauan yang tidak kena tempat. Kerana sesungguhnya wanita-wanita ini lebih hebat, lebih tabah dalam mengharungi hidup mereka dengan sabar. Bukan mudah hati yang lemah menanggung bebanan yang begitu berat seorang diri. Bantulah mereka, berikan sokongan moral pada mereka. Kerana mungkin mereka ini jauh lebih hebat, tabah dari kita dalam menerima ujian dalam hidup...

Saturday, September 24, 2011

Mana Milik Kita?

Just want to share.. lagu 'Mana Milik Kita' dari Rabbani. Sangat menyentuh jiwa malam ni.. Tiada apa di dunia ni milik kita, semuanya milik Allah..kita hanya diamanahkan sahaja. Suatu hari kita tetap kena pulangkan pada pemiliknya..



 "Jika kamu ditimpa oleh sesuatu maka janganlah berkata: “Kalau aku berbuat demikian, tentu akan menjadi sekian-sekian” akan tetapi katakanlah: “Takdir Allah dan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi”. Ini kerana perkataan “kalau” membuka pintu perbuatan syaitan." (Hadis Sahih Riwayat Muslim , no: 4816) [citation]

Friday, September 23, 2011

Mereka Tetap Anak Kita

Dalam duka ada suka. Dalam hiba ada tawa. Walaupun kita ditakdirkan untuk tidak bertemu di dunia ini, insyaAllah jika diizinkanNya kita akan jumpa jua di akhirat :)

Kita mungkin rasa kitalah ibubapa yang paling malang sekarang. Namun ingatlah, kita jugalah ibubapa yang paling beruntung di akhirat nanti :)

Kuatkan semangat para ibubapa yang juga kehilangan cahaya mata mereka. Tak kira selepas bersalin, sewaktu bersalin, atau sebelum bersalin. Mereka tetap anak kita. Janganlah kerana merasa duka yang terlampau sangat, tidak tahan melihat barang-barang, pakaian-pakaian mereka, sehingga menitiskan air mata kesedihan, kita harus melupakan mereka begitu saja. Ingatilah mereka, dengan melakukan perkara-perkara sewaktu kita gembira bersamanya. Itulah tempoh yang paling bermakna buat kita, ikatan yang tak mungkin akan terlerai antara seorang anak dan ibu atau bapa, walaupun dipisahkan dengan ajal sekalipun. Kerana mereka juga akan rasa gembira apabila melihat kita tersenyum melakukan perkara yang mengembirakan hati kita :)

Wednesday, September 21, 2011

Ketika Rahimku Pecah..Part 5

Bagi yang lemah semangat atau daya imaginasi terlalu tinggi disyorkan jangan baca post ini. -zack


Bersambung dari Part 4.


Saya masih ingat, semasa suami tanyakan pada saya sama ada saya sudah bersedia untuk berjumpa dengan arwah, hati terasa begitu sebak sekali. Hiba. Dicampur perasaan takut dan cemas. Terasa seperti seolah sebilah pisau tajam yang menikam jantung saya ketika tu. Mencucuk-cucuk. Terasa begitu pedih. Sungguh pedih. Mungkinkah saya akan meraung, meratapi kematiannya setelah melihatnya nanti? Bermacam-macam perasaan bermain di benak hati saya.

Akhirnya, setelah memikirkan tidak elok dibiarkan arwah dalam keadaan dia tidak dikafan dan dikebumikan lama-lama, saya menyetujuinya agar dia dibawa ke mari. Suami pun tanpa berlengah-lengah terus pergi mengambilnya. Mungkin takut saya akan ubah fikiran..

Sebenarnya, selepas pembedahan, arwah tidak dihantar ke bilik mayat pada malam itu. Rupanya suamiku telah merayu pada pihak hospital, meminta mereka agar mengizinkan saya melihat anak kami buat kali terakhir, sebelum dia dimasukkan ke bilik mayat. Pada malam itu arwah telah bermalam di bilik wad Kelas 1, menemani nenek, bapa dan abangnya, di dalam katil bayinya. Pada zahirnya dia kelihatan sama seperti bayi-bayi yang lain...cuma bezanya tidak lagi bernyawa..

Pagi itu, katil arwah telah diusung ke hadapan wad bersalin, sambil ditutupi dengan sebuah skrin besar. Ia untuk mengelakkan dari dilihat oleh ibu-ibu yang lain, kerana dikhuatiri akan memberi trauma kepada ibu-ibu yang sedang menunggu waktu bersalin. Setelah katilnya diletakkan di hadapan katil saya, suami pun mula mengangkat mayat anak kami untuk ditunjukkan pada saya. Saya melihat dia telah diselimuti dengan kemas, dengan sehelai kain batik. Terasa seperti mengenali kain batik itu.. Mukanya pula ditutupi, tanda penghargaan arwah telah pergi..

Hanya Tuhan saja yang tahu, bertapa berat, bertapa sebaknya hati ini ketika memeluk mayat arwah. Hanya ucapan kalimah 'Allahu akhbar' saja yang mampu dilafazkan.. Tidak terdaya rasanya menahan sedih di dada.. SubhanAllah.. Mata sudah mula berkaca, tetapi cuba ditahan. Saya ingin melihatnya dengan lebih jelas..

Dalam dakapan saya dia terasa begitu berat sekali. Mungkin badan saya belum lagi kuat, akibat kehilangan darah yang banyak. Saya mencium pipinya..sejuk..keras. Bibirnya tidak lagi kemerah-merahan, tetapi sudah kehitaman. Kepalanya pula tidak memandang ke depan, tetapi ke tepi. Mulutnya sediki terbuka. Seolah dalam posisi sedang menyusu susu ibunya..

Sejujurnya, saya hampir tidak tahan melihat arwah yang terbujur kaku seperti itu. Terasa dunia seakan gelap seketika. Namum dalam hati saya tetap bertahan. Tidak menyerah diri untuk pengsan ketika itu. Tetap panjatkan kesyukuran. Bersyukur, kerana Allah telah memakbulkan doa saya untuk mendapat seorang anak perempuan. Bersyukur, kerana Dia telah memakbulkan doa saya mendapat seorang anak yang putih, cantik, dan cukup sifat tubuh badannya. Bersyukur, kerana Allah telah mengurniakan saya seorang anak yang solehah, yang tempatnya di janjikan Syurga..

Sesungguhnya, kehidupan kita cuma sementara di dunia. Anak-anak, suami, isteri, ibu bapa..hanya pinjaman sementara dari Allah swt. Suatu hari nanti mereka pasti dikembalikan kepada yang Esa. Saya tetap bersyukur, walaupun Nurfatihah Humairah hanya dipinjamkan pada kami untuk sementara, kehadirannya cukup memberi kesan dalam hidup kami..

Saya masih teringat, ketika saya mula cuba untuk mengandung lagi. Pada awalnya, set ujian kehamilan yang dibeli dari farmasi menunjukkan reaksi negatif. Saya berasa sedih. Sangat sedih. Namun saya tetap bersabar. Beberapa minggu kemudian, saya mula terasa mual. Loya. Terdapat tanda-tanda seperti saya sedang mengandung. Sinar harapan mula menerangi dalam jiwa saya. Saya dan suami telah pergi ke klinik swasta pada suatu malam. Namun hampa. Walaupun ujian air kencing menunjukkan tanda-tanda yang positif, doktor berkata saya belum mengandung lagi. Mungkin cuma hormon saya kurang stabil. Saya kecewa. Dan menangis kerana terlalu mengharap dapat mengandung lagi..

Sejak dari hari itu, saya berbuat seperti biasa. Tidak terlalu mengharap. Makan seperti biasa, tetapi makanan-makanan tajam tetap dielakkan. Ketika itu sudah memasuki bulan Zulhijjah, Hari Raya Aildiladha. Saya masih teringat, ketika kawan-kawan sibuk memasak sup tulang di rumah salah seorang kawan suami saya, saya asik berasa mual. Hampir nak muntah. Bau dari sup yang sedang dimasak itu terasa cukup meloyakan. Dalam diam rupanya suami pun berasa begitu. Namun kami berdua tidak memikirkan apa-apa. Tidak terlintas dihati bahawa saya sudahpun berisi. Alhamdulillah, rupanya rezeki dari Allah datang tanpa dijangka..

Untuk beberapa minggu berturut-turut, segala bau-bauan terasa begitu busuk. Hinggakan ikan yang digoreng oleh jiran belakang berbau seperti daging yang haram disentuh oleh umat Islam. Sedangkan mereka beragama Islam.. Pelik. Sungguh pelik. Kek-kek yang saya masak juga terasa begitu meloyakan, walaupun baru saja lepas dimasak. Bahan-bahannya pun masih segar lagi. Hairan. Sungguh hairan.. Sampaikan saya terpaksa menahan hidung ketika mendeco kek-kek tersebut. Bila teringat kembali terasa lucu pula.. Benar kata-kata orang. Apabila kita terlalu mengharap untuk mengandung lagi, ia tidak menjadi. Tetapi sesudah kita tidak lagi meletakkan harapan begitu tinggi, rezeki telah diberikan. Kuasa Allah, Dia Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani..

Kerana tidak tahan dengan bau-bauan yang kurang enak itu, saya mengambil keputusan untuk check lagi. Dibelinya satu lagi set ujian mengandung di farmasi. Terasa berdebar-debar apabila melihat terdapat dua garisan yang tertera pada kertas tersebut. Benarkah? Tetap saya tidak meletakkan harapan tinggi, tunggu untuk dicheck oleh doktor lagi. Alhamdulillah, terbukti saya sudah mengandung. Sudah pun memasuki minggu ke-5..

Sejak itu, rezeki anak datang melimpah-limpah. Segala beban yang ditanggung ketika itu perlahan-lahan beransur hilang. Keresahan yang terpahat dihati mula dapat dikikis. Sedikit demi sedikit. Diganti dengan kesenangan dan kegembiraan. Alhamdulillah, syukur kepada Allah.. Daya kreativitiku untuk menghias kek juga terasa makin meningkat. Ketelitian untuk menghasilkan kek-kek yang lebih kemas dan cantik dapat dirasakan dan dilihat. Mungkin itu salah satu sifat arwah. Dorongannya dari alam rahim membuatkan saya lebih teliti semasa menghias kek. Dan terasa lebih rajin untuk berkongsi pengalaman dan cara berhias dengan teman-teman yang lain.

Bila terkenang kembali perasaan semasa membuat dan menghias kek-kek tersebut, saya terasa begitu senang sekali. Idea datang mencurah-curah. Teknik-teknik yang saya cuba praktikan bertahun-tahun lebih mudah dilakukan. Cara hiasan dan corak menggunakan coklat juga dapat saya hasilkan. Walhal sebelum ini saya tidak begitu berminat menggunakan coklat sebagai hiasan atas kek..

Namum dalam kegembiraan menimang cahaya mata baru, perasaan sayu kadang-kadang berlegar dalam hati. Hairan. Mungkin ketika itu saya tidak terlalu memikirkannya. Tetapi secara tidak sedar saya seolah dapat merasakan sesuatu. Sesuatu perasaan yang sukar untuk digambarkan. Mungkinkah ia firasat, tanda-tanda dari Allah? Hanya Dia saja yang Maha Mengetahui..

Bila ditenung kembali, mungkin saya sudah tahu. Mengagak. Terlalu banyak perkara yang luar kebiasaan berlaku. Teringat dahulu, hati berasa malas, begitu berat sekali untuk membeli barang-barang bayi. Sehingga sudah memasuki 8 bulan, hanya beberapa pasang baju saja saya belikan untuk arwah. Itupun kerana memikirkan baju-baju yang akan dibawa ke wad nanti. Sedangkan baju-baju abangnya pun kebanyakkan saya telah lama buang, kerana sudah terlalu buruk. Keriangan untuk membeli barang-barang untuk arwah tidak begitu dirasai. Suami juga saya lihat tidak begitu teruja apabila saya mengajaknya untuk membeli barang-barang untuk anak kedua kami. Hanya 1 set kecil selepas mandi saja yang saya sediakan. Tilam, katil, bantal juga tidak dibeli. Padahal di rumah ini barang-barang lama abangnya telah ditinggalkan di semenanjung semasa balik raya dahulu. Pelik..

Beberapa hari selepas dibenarkan keluar dari hospital, tergerak dalam hati untuk membuka handphone saya. Melihat gambar-gambar yang telah ditangkap dalam folder gambar. Betapa sayu bila saya lihat, tiada satupun gambar saya semasa mengandungkan arwah. Sedangkan semasa saya mengandungkan anak sulung kami, saya ada menangkap beberapa keping gambar dalam keadaan saya yang sarat mengandung untuk dijadikan kenangan. Teringat lagi, semasa suami cuba mengambil gambar saya semasa saya masih mengandungkannya, saya terasa begitu malu. Segan. Elak untuk digambarkan. Terkilan juga dalam hati, tiada gambar kenangan saya semasa mengandungkan arwah.. Ketika ibu bapa saya datang hari itu pun, saya bercadang untuk menangkap gambar kami sekeluarga. Tetapi terlupa, hanya teringat setelah bapa dan adik-adik berada di airport untuk balik ke semenanjung.. Mungkin sengaja Tuhan melalaikan saya. Mungkin saya akan menangis, meratapi pemergian arwah  jika melihat gambar semasa saya mengandungkannya.. Sedangkan melihat baju-bajunya sekarang pun saya akan terkenangnya..kadang-kadang menitiskan air mata..

Mungkin ini juga salah satu petanda dariNya..anak yang saya kandungkan telah tiba-tiba berada dalam kedudukan serong dalam perut saya. Tanpa sebab munasabah. Mungkin juga, salah satu petanda yang bayi saya akan lahir dalam keadaan rahim saya pecah, kerana kepalanya berada betul-betul dibahagian yang akan terkoyak itu. Wallahu a'alam..

Dari segi saintifik, doktor menjelaskan air ketuban saya begitu banyak. Hampir melebihi paras normal. Dan dikatakan ruang untuk bergerak itu banyak. Namun selang seminggu air ketuban itu dengan mendadak turun ke paras di bawah normal. Ketika itu saya telah berdoa, biarlah kedudukannya kembali pulih. Biarlah selamat. Dan dengan izinNya, dia pun kembali menegak. Mungkin ada yang akan menyalahkan, kenapa tidak dibedah sahaja? Kenapa perlu? Kerana jika tidak dengan izinNya pun, kedudukan anak tetap tidak akan berubah, walaupun pelbagai usaha telah diusahakan. Usaha saya ketika itu cuma berdoa dan berusaha. Bercakap dengan anak, mendoakannya kembali seperti biasa. Mendoakan agar kami berdua selamat. Selebihnya bertawakal. Bukan saya yang mengalihkannya dengan sendiri pun. Tidak berani saya menyentuhnya kerana telah doktor melarang.. Lagi pula, saya tidak menghadapi masalah, anak yang dikandung juga sihat. Atas nasihat doktor juga saya memberanikan diri untuk bersalin normal. Ramai juga kawan yang anak sulungnya caesar, tetapi anak seterusnya normal. Dari mereka saya mendapat kekuatan, menjadi pemangkin semangat saya untuk mencuba..


Saya masih teringat, pada hari saya discan sebelum saya dipaksa bersalin. Doktor telah memberi amaran awal-awal, jangan saya mengada-ngada meminta dibedah kerana saya telah bercadang untuk bersalin normal. Ketika itu saya akur. Bukan mudah untuk pihak hospital melakukan pembedahan serta-merta jika seorang pesakit tiba-tiba minta untuk dibedah. Team pembedahan perlu disediakan. Bilik bedah perlu dipastikan kosong. Jadual orang lain perlu diketepikan. Bila difikirkan kembali, ia seperti telah diatur awal-awal. Umpama satu babak dalam sebuah cerita. Kita seperti pelakon-pelakon, yang melakonkan satu watak..

Satu lagi kelainan yang dapat saya rasakan adalah ketika bersolat. Walaupun pada awalnya perasaan itu tidak hadir..beberapa minggu sebelum saya mula ditahan di wad buat pertama kalinya..beberapa minggu sebelum kandungan saya tiba-tiba berada dalam keadaan menyerong dalam perut..saya sudah berasa satu perasaan yang kurang enak. Hati terasa begitu berat, hinggakan saya menitis air mata bila membaca surah Yasin dan surah Inshirah. Terasa seperti akan meratapi pemergianku sendiri. Seolah-olah salah seorang, atau kedua-duanya sekali, akan pergi menghadap-Nya.. Allahu akhbar..


Mungkin pada orang lain saya cuma berangan-angan. Mungkin mereka mengtakan juga saya hanya menipu diri sendiri. Tetapi perasaan itu benar-benar terjadi, telah meresap ke dalam jiwa saya. Betapa yakinnya saya dengan perasaan itu, sehingga apabila sebelum doktor atau orang lain memberitahu saya yang anak saya sudah tiada, sebelum saya mendengar kata-kata nurse memujuk anak saya supaya bangun dalam bilik bedah pada hari kejadian itu berlaku pun, saya sudah dapat merasakan anak saya telah pergi menemui penciptanya.. SubhanAllah..

Pada yang melihat saya ketika melawat saya di wad, mungkin mereka terasa begitu pelik. Mungkin juga nurse-nurse, doktor-doktor turut rasa begitu. Kenapa saya begitu tenang sekali apabila disampaikan berita yang menyayat hati? Bukankah kebiasaanya seorang ibu akan meraung, pengsan, atau paling kurang menangis, apabila mendengar berita kematian anaknya?

Saya beritahu pada suami, setelah beberapa hari balik dari hospital..akan perasaan yang saya telah lalui. Bagaimana saya terasa seolah-olah pemergian arwah telah dapat saya rasa tanpa sedar, tanpa perlu orang mengatakannya pada saya. Terasa diri begitu lalai, alpa dalam mengingatiNya. Ketika hambaNya yang hina ini kerap melupakanNya, Dia masih mengingati saya. Memberi saya petunjuk-petunjuk, firasat-firasat, klu-klu, bahawa ajal sudah hampir tiba. Betapa kerdilnya rasa diri ini. Dalam kita asyik leka dengan benda keduniaan, Dia masih ingat pada kita. Mengurangkan segala beban di hati. Mungkin kerana itu, mungkin kerana naluri, firasat yang dikurniakan olehNya, saya dapat menerima berita itu dengan tenang. Dia telah memudahkan jalan saya untuk menerima ketentuanNya. SubhanAllah.. Syukur padaMu ya Allah.. Engkaulah Maha Mengasihani.. Betapa malunya aku padaMu..mengejar nikmat dunia tanpa memikirkan soal mati, kehidupan di akhirat nanti.. Bertapa kecilnya dugaan-dugaan yang telah dilalui sebelum ini, jika dibandingkan dengan dugaan yang berat ini..

Mungkin pada orang luar, yang melihat kejadian ini dari sudut yang jauh, akan menuding jari pada sesiapa. Mungkin pada saya kerana tidak merancang untuk dibedah awal-awal. Mungkin juga mereka akan menuduh doktor, atas 'kecuaian' yang berlaku kerana tidak prihatin pada tanda-tanda akan berlakunya pecah rahim, walaupun kes ini sangat jarang berlaku. Ia hanya seperti sebuah kisah dongeng yang dibaca dalam buku medikal, tidak terlintas untuk ia berlaku semasa karier seorang doktor. Ini yang diceritakan oleh doktor-doktor saya. Kemungkinan juga ini kes yang pertama berlaku di Hospital Tawau, saya pun kurang pasti. Sebenarnya kes ini hampir dibawa ke mahkamah, kerana pihak atasan mengandaikan kejadian ini sepatutnya dapat dielakkan dari awal. Namun inilah dikatakan takdir. Sudah ditentukan olehNya, arwah akan pergi pada ketika itu juga. Dalam keadaan itu. Hidup takkan selalu ikut apa yang kita rancang. Kita hanyalah insan yang lemah. Betapa kita cuba merancang, memantau, menjaga..jika Allah mengkehendakinya ia berlaku, maka berlakulah ia.. Yang pergi biarlah pergi, menjadi ingatan dalam diri kita. Yang hidup, jangan dilupa atau diabaikan..mereka masih memerlukan kita..

Walau bagaimana beratnya hati ini..menerima kematian anak..menerima saya mungkin tidak dapat mengandung lagi..atau mungkin mengancam nyawa sendiri dan anak jika dapat mengandung..saya sudah pasrah. Mungkin, pada awalnya hidup akan terasa kelam. Mendung. Sunyi. Jika inilah takdirnya, saya berserah pada Illahi. Hidup, mati, rezeki..semuanya di tangan Allah..

Monday, September 19, 2011

Ketika Rahimku Pecah..Part 4

Bagi yang lemah semangat atau daya imaginasi terlalu tinggi disyorkan jangan baca post ini. -zack


Bersambung dari Part 3..


Tepat pukul 6 pagi doktor semalam datang melawat saya di wad. Sebenarnya sepanjang malam saya tak dapat tidur dengan lena. Asik termimpi-mimpi, teringat-ingat. Kadang-kadang badan menggigil tak semena-mena. Terasa seperti dihantui oleh satu perasaan yang menakutkan. Ntah kenapa saya pun belum pasti. Kerap kali saya terkejut, tersentak dari tidur. Kemudian kembali tenang apabila melihat terdapat orang disekeliling saya.

Sebelum doktor tiba, suami telah duduk di sisi saya. Memandang tepat ke dalam anak mata saya sambil menggenggam erat kedua-dua tangan saya di dadanya. Dan berkata dengan nada perlahan dan jelas, tanpa menghiraukan orang-orang disekeliling yang kelihatan begitu berminat sekali dengan apa yang berlaku pada keluarga kami, 'Apapun terjadi abang tetap sayangkan Nur..ingat tu..tak kira apa pun berlaku. Ingat abang, ingat Taufiq..'

Dalam hati, saya tertanya-tanya. Apakah yang berlaku? Binggung juga dibuatnya.

Doktor memulakan mukadimah dengan bertanyakan kesihatan saya. Saya menjawab alhamdulillah, baik. Terasa sakit-sakit dihujung jahitan, tapi tidaklah seteruk seperti melahirkan anak sulung. Doktor berkata, mereka telah memberikan painkiller yang paling kuat pada saya, untuk mengelakkan saya rasa lebih sakit.

Doktor berkata lagi, ada 4 perkara yang perlu dia sampaikan. Saya melihat dia menarik nafas dalam-dalam. 'As though bracing himself for the worse', saya terfikir dalam hati. Si suami pula tidak melepaskan genggaman tangan saya di dadanya. Hairan saya ketika itu. Kenapa suamiku sebegini kali concern? Rupanya dia takut saya akan melakukan sesuatu yang boleh merosakkan diri saya sendiri akibat tekanan yang melampau.. Namun alhamdulillah, saya masih berupaya berfikiran waras dan tenang dalam krisis yang melanda..

Doktor mulakan dengan tenang, dia harapkan saya banyak bersabar dengan apa yang ingin dia sampaikan. Kerana sesungguhnya apa yang disampaikan itu telah membuatkan jantungku hampir terhenti seketika. Saya sangkakan pembedahan semalam hanya pembedahan biasa. Sama seperti saya melahirkan Taufiq. Rupanya pembedahan semalam merupakan satu kecemasan menyelamatkan nyawa kami dua anak-beranak. Dan ia turut berkait rapat dengan keupayaan saya menimang zuriat lagi pada masa akan datang. Astagfirullah..

Doktor memberitahu dengan lembut, contraction yang saya rasakan petang semalam telah menyebabkan rahim saya terkoyak. Dan ia telah menyebabkan anak kami lahir di luar rahim, dalam keadaan dia masih di dalam badan maknya. Doktor itu bercakap dengan nada yang seakan menyesal, pelbagai usaha telah dilakukan untuk menyelamatkan arwah. Namun Allah lebih menyayanginya. Dia telah meninggal sebelum sempat melihat dunia ini, apatah lagi menatap wajah kedua-dua ibu bapanya. Dia telah lahir ketika masih dalam ketubannya, dengan keadaan yang amat menyayat hati..

Doktor juga menerangkan, kebanyakan kes-kes begini apabila rahim si ibu telah pecah (doktor memanggilnya sebagai 'ruptured ovary'), rahim ibu tersebut akan dibuang semasa pembedahan. Namum alhamdulillah, Maha Suci Allah telah mengasihi hambaNya yang hina ini. Koyakan yang terjadi tidak menyebabkan rahim saya pecah berderai umpama sehelai kain buruk yang ditiupi ribut taufan. Rahim saya masih dapat diselamatkan. Doktor seterusnya menerangkan, rahim saya terkoyak sepanjang 8cm dari hujung jahitan lama sebelah kiri hingga ke atas, dan 4cm ke bawah. Dan mujur juga ia tidak terkena pada cervix. Memandangkan ini caesar saya kali ke-2, telah berlaku komplikasi ketika pembedahan kerana bladder atau pundi kencing telah terlekat dengan dinding rahim. Namun ia dapat diatasi oleh doktor ketika pembedahan. Alhamdulillah..

Doktor menjelaskan, selalunya apabila kes ini terjadi, tiada bayi yang pernah selamat. Doktor turut memberitahu, saya cuma bernasib tak baik. Dalam erti kata lain, malang. Saya antara perempuan dalam dunia ni yang mana anaknya meninggal akibat rahim yang pecah gara-gara contraction yang kuat. Kerana mengikut doktor, peratusan untuk terjadi cuma 0.2% saja. Cukup kecil. Sangat kecil. Dan saya ditakdirkan untuk termasuk dalam golongan yang kecil ini. Allahu akhbar.. Bertapa beratnya ujian Engkau berikan pada hambaMu yang lemah ini..

Setelah mendengar penjelasan doktor, saya menerimanya dengan setenang-tenangnya. Ya Allah, benar apa yang ku rasakan beberapa minggu lepas. Memang salah seorang akan menghadapMu, dan ternyata anakku telah pergi menyambut seruanMu dahulu..

Doktor seterusnya memberitahu, kemungkinan apabila saya mengandung lagi akan berlaku komplikasi. Antaranya ialah kandungan di luar rahim, serta risiko yang lebih tinggi semasa pembedahan caesar ke-3. Doktor memberitahu, andaikata saya mengandung lagi, saya mesti dipantau rapi untuk mengelakkan dari rahim ter'contract'. Dan semasa pembedahan nanti, pakar-pakar dari bahagian lain turut akan dipanggil, kerana berkemungkinan semasa memotong bahagian otot-otot antara rahim dan pundi kencing, akan berlaku pendarahan yang banyak yang boleh mengancam nyawa..

Doktor juga menasihatkan, supaya jarak antara anak ke-2 dan seterusnya mesti lebih dari dua tahun. Dan jika dimurahkan rezeki saya untuk mengandung lagi, anak yang dilahirkan juga terpaksa dilahirkan lebih awal. Sama ada minggu ke-36, atau paling lewat minggu ke-37. Cukup bulan hanya untuk mematangkan paru-parunya sahaja. Tujuannya untuk mengelakkan dari  contraction berlaku. Dan itu juga adalah kali terakhir saya boleh mengandung lagi, sebelum dipotong dan diikat tiub falopionya..

Akhir sekali doktor menerangkan sebagai langkah keselamatan, perancang keluarga perlu dilakukan. Kami hanya angguk membisu, tanda faham. Selepas doktor menasihatkan saya agar banyak-banyak berehat dan beredar pergi, kami suami isteri terdiam seketika. Mengambil masa memproses maklumat yang diberi. Perlahan-lahan kami berbincang tentang arwah. Berkaitan rupa paras arwah, jahitan saya, dan lain-lain. Ketika itu jam sudah menunjukkan pukul 6.30 pagi. Suami akhirnya membangkitkan soalan yang amat berat sekali. Sudah sediakah saya menatap arwah anak kami pagi itu, sebelum dia dikebumikan? Allahu akhbar.. Bertapa beratnya hatiku ketika itu..

Bersambung...

Ketika Rahimku Pecah..Part 3

Bagi yang lemah semangat atau daya imaginasi terlalu tinggi disyorkan jangan baca post ini. -zack


Bersambung dari Part 2.


Selesai saya dibedah, saya diusung masuk ke tempat ruang menunggu. Dalam ruang menunggu tu cuma ada 2 orang, saya dan seorang lagi yang baru saja selesai dibedah. Sedang saya menunggu di situ, datang doktor yang membedah saya tadi. Doktor tersebut bertanyakan khabar, adakah saya berasa selesa, tidak pening-pening? Saya katakan tidak. Saya lihat doktor tersebut seakan-akan nampak bersalah. Sedikit sayu. Saya tanyakan pada doktor tu lagi, 'Doktor...mana anak saya?' Doktor tersebut cuma memandang saya tanpa berkata apa-apa untuk beberapa minit. Saya dapat lihat reaksinya seolah-olah orang yang bersalah. Teragak-agak. Mulutnya terbuka sedikit seperti ingin membicarakan sesuatu. Tapi kembali rapat tanpa berkata apa-apa. Antara mahu cerita atau tidak. Akhirnya dia menjawab, subuh esok dia akan datang terangkan segalanya. Dan dia suruh saya rehat dahulu.

Saya hanya angguk membisu. Selepas 30 minit menunggu di situ, akhirnya saya diusung kembali ke wad bersama suami di sisi. Setibanya di wad, saya terkejut melihat betapa ramainya orang yang datang menziarah. Dalam hati saya berkata, wah...ramainya datang nak tengok baby...baiknya kawan-kawan, tak pernah orang datang melawat macam ni ramai masa Taufiq lahir dulu.. Sebab saya tersalah sangka, saya ingatkan mereka datang melawat saya untuk mengucapkan tahniah...rupa-rupanya mereka datang mengucapkan takziah..

Di dalam wad saya diletakkan di hadapan station nurse. Suami datang menghampiri saya, lalu merapatkan mukanya ke telinga saya seraya membisik, 'Anak kita perempuan...putih...cantik. Sama macam Nur bayangkan. Cuma anak kita tidur dari tadi...tak nak bangun-bangun...abang dah kejutkan pun dia taknak bangun..'

Kalau dilihat dari air muka saya mungkin saya kelihatan sedikit bingung. Takpun tenang. Mungkin juga sedikit keliru. Atau mungkin juga sebenarnya saya tak ingin faham. Dalam hati saya bercakap, 'Tak mahu fikir. Biarlah, esoklah fikir. Dah penat dah...nak rehat dulu...' Mungkin secara tak sedar saya sudah lama tahu yang anak kami tak dapat diselamatkan. Sudah lama pergi menghadap-Nya..

Selepas tu satu-satu kawan datang hampiri saya di katil. Peluk, cium, beri kata-kata semangat. Saya tersenyum gembira, bersyukur dapat kawan-kawan yang begitu baik hati. Mungkin masa tu naluri saya mengatakan arwah sudah tiada. Cuma secara sedarnya saya tak nak akuinya. Sehinggalah salah seorang yang datang melawat mengatakan sesuatu yang saya rasa cukup dalam maksudnya. Dia mengucapkan takziah. Mengatakan saya masih ada Taufiq dan Rahmat, dan menyuruh saya banyakkan bersabar. Dalam hati saya bercakap, 'Rahmat dan Taufiq je ke? Nama baby tak sebut ke...' La illaha illallah..

Selepas semua orang pergi, suami saya menemani saya di tepi katil. Jam sudah menunjukkan hampir pukul 11 malam. Suami saya memberikan kata-kata semangat, suruh saya cepat sihat. Masa tu mak ada sekali dengan Taufiq, tapi mak berehat dalam bilik wad Kelas 1. Rupanya mak tak sanggup berhadapan saya kerana khuatir saya akan bertanyakan soalan cepumas lagi... 'Mak..mana anak saya?'

Selepas berborak sebentar dengan suami, dia menyuruh saya untuk rehat dan tidur. Pagi-pagi esok doktor akan datang untuk beri penerangan. Dan kami pun tidur, saya di luar di hadapan station nurse. Suami, Taufiq dan mak di bilik wad Kelas 1 yang kebetulannya kosong semasa saya datang check-in beberapa hari dahulu. Rezeki kami, kerana biasanya bilik Kelas 1 jarang kosong dan mesti ada pesakit yang guna. Polisi di Hospital Tawau begitu, siapa cepat dia dapat, kerana bilik Kelas 1 hanya ada satu bilik untuk setiap wad bersalin.

Esoknya sebelum jam 6 pagi suami sudah bangun temankan saya di tepi katil lagi. Kami berborak-borak sebentar sambil menunggu doktor datang. Suami menceritakan lagi, puteri kami masih belum bangun. Tidur lena. Suami kata cocok nama yang saya berikan pada puteri sulung kami. Nurfatihah Humairah..

Sejujurnya, setiap kali saya scan sebelum ini, saya tak pernah tahu jantina bayi saya. Seawal usia minggu ke-36, saya sudah cuba menyelami perasaan dan naluri saya sendiri, cuba mengenali anak dalam kandungan saya. Adakah dia seorang lelaki? Atau seorang perempuan? Mungkin naluri seorang ibu memang begitu. Dia seakan dapat 'mengagak' sifat-sifat anak yang dikandungnya. Saya dapat rasakan anak saya seorang perempuan. Kulitnya putih bersih. Wajahnya cantik, gebu. Saya mengagak rupanya persis rupa abangnya semasa lahir dahulu, gebu dan bersih. Dalam pemilihan nama anak perempuan saya tidak menghadapi banyak masalah, walaupun saya tidak pernah tahu jantinanya.

Terdetik dalam hati saya untuk memilih nama yang indah, yang akan mengingatkan saya kepadanya. Dan juga membawa simbolik satu 'pembukaan, permulaan yang baru'. Saya namakan dia sebagai 'Fatihah', seperti surah al-Fatihah dalam al-Quran. Saya membayangkan rupa parasnya yang cantik, bersih, dengan kulitnya yang putih-kemerahan. Saya namakan dia sebagai Humairah. Suami pernah mengusik sebelum saya dapat ilham mengunakan nama 'Fatihah', nama yang saya cuba cari hujungnya mesti ada 'Humairah'. Akhirnya nama 'Nurfatihah Humairah' diputuskan seawal minggu ke-36, dalam ketidaktahuan mengenai jantinanya lagi. Untuk nama lelaki saya memang menghadapi masalah. Itu, ini tak kena. Semua serba tak kena. Rasa jelik didengar, tidak enak untuk dipanggil. Memang hairan..

Pada minggu-minggu terakhir sebelum menunggu waktu bersalin, saya sempat lagi ke dapur membuat kek, membuat tempahan untuk kawan-kawan. Walaupun perut sudah besar, tapi saya tetap gagahi juga ke dapur.  Bila difikirkan balik, kenapa saya bersusah payah mahu membuat kek, sedangkan saya hanya tunggu masa bersalin? Sampai mak saya sendiri kata, 'Rajinnya kaklong..kuat kaklong ke dapur..kalau mak 7 bulan dah tak boleh nak bangun..' Adik-adik yang datang pun suka usik perut saya, kata suka tengok perut kaklong. Jelas terpancar pada wajah mereka, sudah tidak sabar menunggu anak buah yang baru..bermain dan bergurau dengannya. Namun Allah lebih menyayanginya..

Seingat saya, sebelum saya masuk wad buat kali terakhir, saya dapat rasakan satu perasaan yang kurang enak. Seperti saya harus juga buat kek. Mendeconya. Seolah-olah mengikut satu arahan. Ataupun satu permintaan. Kalau diikutkan hati memanglah saya mahu berehat, duduk relaks menunggu masa. Tapi perasaan anxiety seperti menguasai diri pada minggu-minggu terakhir. Paling saya teringat masa mendeco kek Black Forest dan Kek Kiwi Fresh Cream. Dan membuat coklat cheese tart. Terasa seolah kalau tidak dibuat, saya akan menyesal..

Bila difikirkan kembali, terasa sangat bahagia semasa mendeco kek Black Forest dan Kek Kiwi pada ketika itu. Tenang...gembira...seronok... Seolah-olah ada orang menemani saya waktu tu. Mungkin kalau ditakdirkan arwah masih hidup, hobinya mungkin seperti maknya. Membuat dan mendeco kek.. Wallahu 'alam..

Kalau ditenung kembali, pada usia kandungan masih 36-37 minggu, saya dapat rasakan sesuatu yang kurang enak. Terdetik dalam hati saya, mungkin salah seorang ataupun kedua-dua sekali akan pergi menghadapNya tak lama lagi. Perasaan kurang enak itu berlanjutan untuk beberapa hari. Hinggakan malam-malam saya membaca surah Yasin, sambil terasa seolah-olah saya membacanya untuk diri sendiri.. Perasaan seolah maut hampir tiba menghantui saya ketika saya dalam solat. Sampai saya terlintas dalam hati, walaupun blog saya tidaklah mempunyai banyak faedahnya, namun saya harap andaikata suatu hari saya pergi, biarlah ia memberi faedah pada orang lain..  Ternyata walaupun saya terasa mungkin saya yang akan pergi dahulu, namun arwah lebih awal menghadapNya.. Allahu akhbar..

 Bersambung...


"dalam pahit ada manisnya...dalam susah ada senangnya... 
setiap kesusahan yang melanda diri kita, pasti Allah akan beri pertolongan. 
cuma kita yang perlu muhasabah diri, mencari kesenangan yang tersembunyi yang dikurniakan olehNya. 
insyaAllah, kita takkan merasa Allah membiarkan hamba-hambaNya dalam kesulitan.. subhanAllah."

Sunday, September 18, 2011

Ketika Rahimku Pecah..Part 2

Bagi yang lemah semangat atau daya imaginasi terlalu tinggi disyorkan jangan baca post ini. -zack


Bersambung dari Part 1.


Ketika tu doktor check bukaan sudah 5cm. Yang saya perasan, makin lama makin bukaan tu terbuka, sebab akhirnya dari hanya jari-jari saja boleh dimasukkan, sehingga satu genggaman tangan doktor boleh masukkan. Malu dah tolak ketepi, ni berkaitan dengan nyawa. Saya masa tu dah risau cuma tak dapat nak tumpukan sangat sebab menahan sakit. Masa doktor check selukkan tangannya, yang keluar cuma ketulan-ketulan darah yang besar. Semua yang tengok keliru. Hairan. Darah apa ni sampai berketul? Ada yang kata itu mungkin uri. Ya Rabbi. Check-check lagi, tangan doktor dah sampai seluk ke kiri ke kanan dalam perut saya. Cari-cari masih tak jumpa kepala baby. Astagfirullah. Lagi kelam kabut dibuatnya. Dalam bilik wad yang sempit tu peralatan scanner dibawa masuk. Sampai terpaksa tolak semua katil-katil ibu-ibu yang lain ke tepi (Hospital Tawau ni wadnya kecil, bahagian tengah wad pun dia letakkan katil-katil. Bilik wad Kelas 1 pula terletak dibahagian paling hujung. Jadi kalau nak bawa masuk peralatan terpaksa diketepikan katil-katil tu. Kesian semua ibu-ibu tu, saya minta maaf..)

Dah masukkan peralatan, scan jantung baby. Tak dengar. Saya dalam hati kata 'Bedah la saya, apa lagi nak ditunggu' tapi mulut terasa begitu berat sekali. Dalam keadaan saya terbaring atas katil, saya sambil menahan kepala bayi dari terus naik ke bahagian tulang rusuk saya. Mungkin sebab naluri ibu, kita dah tahu ada benda tak kena. Yang saya tahu, sejurus saya rasa dalaman saya seperti disimbah air panas, anak saya dari kedudukan biasa tiba-tiba terpusing. En. Hubby kata dia pun nampak, berlaku satu pergerakan yang luar biasa. Dia kata sampai sekarang dia tak dapat lupakan. Rupanya baby dah kedudukan 'breech' (kepala kat atas, kaki kat bawah) dan dah terkeluar dari rahim. Cuma masa ni takde siapa tahu atau syak sebab baru beberapa jam sebelum tu dah kena pantau.

Berkali-kali masa doktor cari kepala baby tak jumpa, sampai rasanya paling kurang 5 doktor seluk tengok kat dalam cari kepala baby. Saya pula berulang-ulang cakap 'Doktor, kepala anak saya kat kanan doktor. Bukan kat bawah lagi dah' tapi macam takde siapa yang sudi mendengar. Mungkin suara saya dah terlalu lemah sampai tiada yang mendengar. Nurse veteran yang berbaju biru turut perasan anak saya terasa kejang, keras tapi perutnya tidak membulat seperti biasa. Dia pun kata dia hairan bayinya kejang tapi bukan contraction. Dah beberapa minit check, akhirnya jumpa degupan jantung. Tapi sangat, sangat lemah. Biasanya degupan jantung bayi setiap kali saya kena scan adalah lingkungan 150 beats per minit. Tapi kali ni degupan sangat rendah, dalam 60-80 beats per minit saja. Awalnya doktor sangkakan itu degupan jantung saya, tapi check berkali-kali memang degupan jantung bayi. Astagifirullah.. Anakku semakin lemah..

Makin banyak masa berlalu makin panic doktor, suruh siapkan bilik bedah dan cari semua doktor pakar bedah dan pakar bius. Doktor yang in charge ketika tu beritahu saya kena segera dibedah, sebab jantung bayi sudah sangat lemah. Saya hanya mampu angguk lesu. Saya beritahu asalkan semua selamat. Selepas tandatangan apa yang patut, cepat-cepat saya diusung ke dalam bilik bedah kecemasan untuk kes-kes khas. Masa tu sejujurnya saya dah tak rasa apa. Nak kata berserah diri pada takdir pun boleh. Saya tak fikir lagi pasal hidup atau mati. Cuma yang saya perasan, dalam keadaan saya terawang-awang tu, suami asik pujuk kata 'Jangan fikir apa-apa, Nur jangan risau. Semua ok'. Mungkin masa tu dia dah dapat tangkap apa yang berlaku (sebab sebelum saya masuk bilik pembedahan doktor ada berbincang dengan dia kat luar bilik wad).

Dah masuk bilik bedah, doktor suruh saya bongkok untuk masukkan bius dari tulang belakang. Rasanya dipanggil epidural, kalau tak silap saya. Astagfirullahalazim. Susahnya saya nak bongkokkan badan masa tu. Kedudukan bayi seolah dalam keadaan tengah dikendong dalam perut saya. Cuba bayangkan kalau kedudukan bayi tengah melintang dalam perut. Kepala sebelah kiri perut, kakinya di kanan. Dan anda cuba bongkok. Tentunya sukar dan tentunya sakit sekali.. Bila terkenang balik, saya rasa masa kepala arwah menekan-nekan tulang rusuk saya ketika masih dalam bilik wad, dia sedang nazak sebab badannya kejang. Dan masa saya sedang dimasukkan bius dalam bilik bedah, mungkin arwah sudah pergi, sebab kedudukan dia seperti bayi yang sedang dikendong. Tidak lagi mengejang tetapi terkulai lemah.. Wallahu 'alam.. Hanya Dia saja Mengetahui bila arwah pergi..

Dalam bilik bedah setelah saya dibius, saya ulang-ulang bercakap dalam hati 'Janganlah tidur, janganlah tidur'. Saya siap berborak dengan nurse dengan doktor dalam bilik bedah tu, untuk elakkan dari 'terlelap'. Tak sampai 3 minit dibedah, arwah anak saya dikeluarkan. Allah Maha Besar, anak saya lahir dalam keadaan yang menyayat hati. Arwah lahir dicelah-celah organ dalaman saya, dalam keadaan dia masih dalam ketubannya..

Semasa anak dikeluarkan, saya tertunggu-tunggu juga tangisan bayi dan tunggu nurse hantarnya  pada saya. Biasanya bayi yang dilahirkan, tidak kira normal atau caesar, kita akan dengar bunyi tangisannya. Dan nurse akan menunjukkan bayi tu pada kita. Namun yang saya dengar cuma suara perlahan nurse memanggil anak saya supaya bangun. 'Adik, bangun dik..bangun...' Walaupun dalam hati saya dapat mengagak apa yang berlaku, tapi saya tak begitu tumpukan sangat. Mungkin juga dalam tak sedar saya menafikannya. Saya tanya pada doktor yang sedang membedah saya (saya dibius separuh badan) di mana anak saya doktor? Doktor jawab dengan lembut, dia tak tahu, tak perasan pula baby dah keluar bilik bedah. Dalam hati saya fikir mungkin masa tengah bedah tu, baby dah keluar bilik dan dimasukkan ke wad kanak-kanak. Dalam tengah dibedah tu sempat saya beritahu nurse darah saya jenis AB, sebab ada saluran darah dimasukkan ke tangan kanan saya. Masa tu saya tak tahu saya sudah kehilangan 1.4 liter darah. Umpama 1 botol besar air mineral banyaknya. Doktor terangkan (pada keesokan harinya) saya telah hilang 1/4 darah dari badan saya. Kalau ikutkan, andaikata saya terlewat beberapa minit, saya akan pengsan dan mati sebab kehilangan darah yang begitu banyak. Doktor kata 1.4 liter darah untuk orang yang berbadan kecil seperti saya amat banyak, sebab badan orang seperti saya cuma ada 4 - 4.5 liter darah saja. Allah Maha Besar, ajal saya belum tiba lagi..

Jika dibandingkan jangkamasa pembedahan anak sulung dengan arwah, dengan anak sulung saya cuma 2 jam dalam bilik bedah. Tapi dengan arwah 3 jam. Saya pun tertanya-tanya kenapa lama sangat saya dibedah. Jawab doktor mereka tengah bersihkan darah dalam rahim saya, jahit balik rahim, otot dan kulit saya. Sebelum saya dijahit kembali, saya berasa sangat hairan. Sebab terasa doktor menyedut darah sampai di bawah tulang rusuk saya. Rupanya darah dari rahim yang pecah telah melimpah sampai atas usus dan organ-organ lain..

Bersambung...

Saturday, September 17, 2011

Ketika Rahimku Pecah..Part 1

Bagi yang lemah semangat atau daya imaginasi terlalu tinggi disyorkan jangan baca post ini. -zack




Ku mulakan dengan namaMu ya Allah.. Bismillahirahmannirahim..

'Ketika rahimku pecah'. Gempak tajuknya bukan?

Sebenarnya takdela segempak mana. Cuma bagi yang pernah melalui kes seperti saya ini akan terasa sedikit@sangat cuak dan saspen. Sebabnya bukan semua orang melalui pengalaman rahim tiba-tiba pecah ketika dalam proses bersalin. Dan ditakdirkan anaknya meninggal dalam perut akibat implikasi tersebut *tarik nafas dalam-dalam*.

Mesti ada yang tertanya-tanya [dalam hati atau sesama sendiri] macam mana arwah anak saya meninggal. Kalau tak ada yang tertanya-tanya pun biarlah saya ceritakan juga, semoga orang lain boleh ambil pengalaman ini untuk dijadikan sebagai pengajaran (tak kiralah pengajaran macam mana).

Secara normalnya, setiap kali kita bersalin rahim kita akan mengalami kontraksi (contraction). Itu sudah sedia maklum bagi setiap ibu. Dan jika anak yang kita mengandungkan itu over-due atau terlewat, doktor akan bagi jangkamasa untuk membenarkan baby dilahirkan secara semulajadi. Kalau sudah melebihi jangkamasa tersebut, baby akan dipaksa lahir dengan bantuan ubatan atau air kerana dikhuatiri akan lemas akibat dari air ketuban yang kian tidak mencukupi. Bagi kes yang special, mungkin ibunya terpaksa dicaesarkan.

Semakin dekat kita dengan due-date kita, semakin matang uri dalam rahim kita. Dan semakin matang uri dalam rahim kita, semakin sedikit air ketuban akan dihasilkan (ini yang doktor saya cakap la masa masih 38 minggu mengandung). Dan semakin sedikit air ketuban dihasilkan, serta semakin dekat due-date kita, baby akan mula terasa lemas dan sukar bernafas. Apatah lagi kalau usia telah melebihi due-date. Keadaan ini sangat bahaya bagi baby, kerana itu doktor akan mengesyorkan kita di 'induce' untuk mempercepatkan bukaan rahim.

Masa mengandungkan arwah, doktor telah bagi lebih kurang 9 hari due date. Pada hari ke-8, saya telah masuk balik ke wad untuk dipantau dan di'scan' lagi. Kebiasaannya begitu, bila buat check-up doktor akan scan. Check kot-kot ada masalah pada baby. Doktor juga akan tekan-tekan menggunakan hujung jari dia kat bahagian jahitan lama kita (bagi yang pernah bersalin caesar sebelum ini). Sakit sayang, bukan tak sakit kena tenyeh kat tempat jahitan lama. Tapi takdela sakit mencucuk macam kena pisau. Ada la terasa ngilu-ngilu sikit. Kebiasaannya rasa ngilu-ngilu ni akan berlanjutan untuk beberapa tahun. Makcik saya pernah kena bedah 3 kali tapi masih rasa ngilu walaupun sudah lebih 10 tahun anak bongsunya dilahirkan. Apapun, masa saya pergi klinik pun nurse akan check jahitan lama, selain dari memantau degupan jantung bayi dan pembesarannya.

Ketika last check-up di hospital, keadaan semua ok. Pergerakan, cantik. Berat, bagus. Lebih 3 kg. Kira dalam kategori sihat walafiat (walaupun kali ni saya jaga makan sebab nak jaga berat baby). Jantina, tak tanya sebab nak suprise. Tangan, kaki, lain-lain alhamdulillah, sempurna. Kiranya memang tiada masalah kalau dilahirkan nanti. Cuma masa check-up minggu ke-39 tu ada masalah sedikit, kedudukan bayi tiba-tiba serong sedikit. Kalau doktor panggil ni kedudukan 'oblique' atau transverse dimana kepala bayi tidak berada di tengah-tengah tetapi di sebelah kiri/kanan (kes saya betul-betul pada pelvis kiri) dan punggungnya di sebelah kanan. Doktor kata baby jadi camtu sebab dia tak tahu jalan keluar. Al-maklumlah, abangnya dulu keluar dari tingkap, jadi laluannya tak pernah terbuka. Jadi baby masih tercari-cari mana jalan nak keluar. Doktor kata kalau kedudukan oblique bahaya, sebab kalau berlaku contraction pada ketika itu, yang keluar mungkin bukan kepala bayi, tetapi tangan atau tali pusatnya. Kalau keluarnya tali pusat bahaya sebab takut terputus dari uri kita dan baby boleh mati serta merta. Masa dengar tu cuak la, gila bahaya. Tapi doktor bagi masa 24 jam. Kalau dalam masa 24 jam kedudukan masih oblique, nak tak nak kena caesar Sabtu tu juga.

Jadi terpaksalah saya di tahan di wad 3 hari buat pertama kalinya, hari Khamis kalau tak silap. Sebelum masuk wad tu dah minta maaf dengan mak bapa mertua semua, minta doakan baby kedudukan ok balik. Usahakan lagi jumpa orang, minta doakan supaya semua selamat. Malam tu memang tak dapat tidur la, celik mata baca doa semua, solat minta kedudukan baby baik, dipermudahkan bersalin. Dengan izin Allah, pagi-pagi doktor datang check tengok, eh, kepala dah kat bawah. Miracle. Dah kedudukan 'cephalic' (kedudukan kepala baby di tengah tetapi belum engage). Doktor kata ok, petang nanti check lagi kalau baby masih cephalic boleh balik esoknya (Jumaat). Masa tu teruskanlah berdoa, biar baby tak serong lagi (sakit tau kalau kedudukan dia tak menegak tapi menyerong, lagi-lagi kalau baby tendang kat sebelah kanan perut). Tawakal jela, berdoa supaya semua ok. Alhamdulillah, petangnya pun kedudukan baby masih cephalic. Dan doktor kata esok dah boleh balik. Gembiralah rasa hati masa tu, baby dah ok, tak main-main dalam perut lagi. Cuma gembiranya sementara je..

Dah balik rumah tunggulah kot-kot ada 'tanda-tanda' nak bersalin. Tunggu punya tunggu, takde rasa apa-apa. Hmm.. Sebab baby dah ok, doktor bagi tempoh 9 hari. Kalau masih tak ada apa-apa, kena lah tahan kat wad. Kalau tak silap dalam minggu ke-40 tu patutnya masuk wad lagi sebab nak pantau baby oblique balik ke tak, tapi pergi check up lagi doktor kata tak perlu, jadi boleh balik. Padahal kitorang dah siap-siap bawa baju bawa bantal semua, konon nak bercamping lagi dalam wad. Huhu.. Jadi kiranya seminggu tu tak masuk wad sebenarnya tapi kat rumah dah :P Masa tu mak abah adik-adik dah sampai, jadi layan diorang jelah. Walaupun tak kena tahan tapi sebab keluarga datang, tu sebab tak online.

Masa habis tempoh yang doktor bagi tu, masuk wad balik for the last time. Check semua ok, tu yang doktor bagi chance nak bersalin normal. Ikutkan memang takde sebab nak operate atau apa-apa lagi sebab semua baik. Lagipun orang lain jarak umur anak lahir caesar dengan normal ada yang setahun je tapi mak anak selamat. Saya pula paling kurang 2 tahun 3 bulan. Sekarang anak sulung dah berumur 3 tahun lebih. Pula tu takde rasa sakit sepanjang mengandung, cuma alahan tak boleh nak bau kek awal 5 bulan. Huhuhu..

Dah masuk wad tu, malam Isnin pukul 11pm tu mula terasa sedikit contraction tapi mild. Jarak contraction semulajadi ni pun tak berapa jauh, cuma sebab dah melebihi tarikh yang diberi jadi doktor tak bagi chance untuk contraction tu progress sendiri. Terpaksalah saya di'induce' guna ubat pukul 7.30am, selepas 2 jam pantau jantung baby. Dah masuk tengahari tu terasa sakit-sakit yang cukup sakit tapi bukaan baru 2cm. Betul kata orang, kena induce lagi sakit dari contraction semulajadi. Sebab anak sulung dulu contraction takdela sesakit ni. Rasa macam senggugut terguling-guling je. Tapi kali ni sakitnya bukan kepalang. Dah dekat pukul 4pm tu muka berpeluh-peluh, baju dah basah kuyup. Ya Rabbi, sakit yang teramat-amat. Tak dapat nak digambarkan dengan kata-kata. Masa tu bukaan dah 5cm. Ikut situasi normal insyaAllah malam tu tak pun tengah malam mungkin dah boleh bersalin. Tapi dekat waktu Asar (ikut waktu semenanjung) sakitnya bukan kepalang. Kalau orang kata sakit bersalin ni sakit yang paling sakit selepas ajal, saya percaya. Sebab sakitnya sampai dah tak boleh nak rasa apa lagi, tak bertambah lagi seolah badan dah sampai tahap maksimum menerima kesakitan. Sakitnya dah melebihi had seorang manusia menanggung kesakitan normal, sampai bila rahim terkoyak tu cuma rasa seperti bahagian dalam disimbah air panas (masa tu tak tahu lagi rahim dah pecah). Bila dah keadaan macam tu, bila sakit yang kita tanggung tu dah sampai tahap maksimum, badan kita akan automatic keluarkan 'biusnya' sendiri. (Agaknya itulah kenapa perempuan dipilih untuk bersalin, sebab badannya lebih tahan menghadapi kesakitan. Wallahu 'alam.)

Bayangkanlah, dalam keadaan kita hidup-hidup, takde bius, sedar dan celik mata, organ dalaman kita disiat-siat. Kalau ditoreh dengan pisau tajam tu saya rasa takdela seseksa kalau organ atau daging kita disiat. Masa kejadian tu berlaku saya baru keluar tandas, dan terperasan ada darah dalam tandas. Pastu ada rasa cecair meleleh dicelah kaki. Ya Rabb, nasib baik saya tak anggap tu cuma darah 'tanda' nak bersalin. Dalam keadaan menahan contraction tu, saya suruh suami panggil nurse. Bila saya beritahu kat nurse ada darah keluar, kelam kabut dia panggil doktor. Dari saat itu bilik saya tak ubah seperti bilik kecemasan. Satu, satu doktor keluar masuk. Dari doktor medical biasa sampailah ke doktor pakar..

Bersambung...

Monday, August 8, 2011

Mutiara Hati

‎"Setiap ujian yang datang tak kira apa coraknya adalah untuk menyuci dosa . Sekiranya kita bisa tabah dan redha kemudian menambahkan amalan insyaAllah dosa kita terampun dan kemudian dari itu terangkatlah kita ke darjat yang lebih baik disisi Allah.

Jadikan ujian itu satu anugerah kasih sayang dari Allah pada kita. Dan jadikan redha dan sabar kita itu tanda kita mencintaiNYa. Kehidupan ini memang pahit tapi menjadi ubat bagi orang-orang yang mahu mengambil pelajaran"

Kata-kata dari seorang forumner Halaqah.net

Thursday, August 4, 2011

Artikel: Menyikapi Kematian Anak

Just to share..

Menyikapi Kematian Anak

Penulis : Arda Dinata
Dari: Kota Santri.com

"Ya Allah, ringankanlah kami menanggung beban musibah dunia. Berikanlah kami sifat ridha atas qadha dan qadharMu. Pimpinlah kami di dunia dan di akhirat, karena hanya Engkau-lah sebaik-baik pemimpin, wahai Tuhan Seru sekalian alam."

Diceritakan dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Anas RA bahwa anak Thalhah merintih sakit, sedangkan Abu Thalhah ke luar rumah. Kemudian anak itu meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang, ia bertanya, "Bagaimana keadaan anakku?"

Ummu Sulaim (ibu anak itu) menjawab, "Ia tenang seperti sedia kala (yang dimaksud adalah meninggal dunia, sedangkan Abu Thalhah mengira bahwa anaknya itu dalam keadaan sehat)." Kemudian Ummu Sulaim menyediakan makan malam untuk Abu Thalhah. Setelah itu, ia berhias diri, lebih cantik daripada biasanya, hingga Abu Thalhah menggaulinya.

Setelah ia melihat bahwa suaminya sudah melepaskan rindunya dan merasa puas, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, "Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu, jika suatu kaum meminjamkan suatu pinjaman, apakah yang meminjam itu berhak menolak mereka jika memintanya kembali?"

Abu Thalhah menjawab, "Tentu saja tidak!" Kemudian Ummu Sulaim berkata, "Demikian pula dengan anakmu. Anakmu telah meninggal dunia, maka mintalah pahala dari Allah."

Abu Thalhah berkata sambil marah, "Engkau telah membiarkan aku, hingga setelah aku berjunub karena bergaul denganmu, engkau beritahukan tentang anakku." Kemudian ia pergi mendatangi Rasulullah SAW untuk memberitahukan apa yang terjadi.

Rasulullah SAW membenarkan apa yang telah dikerjakan oleh Ummu Sulaim, lalu bersabda, "Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua." Dan dalam sebuah riwayat dikatakan, beliau bersabda, "Ya Allah, berilah berkah kepada mereka berdua."

Kemudian Ummu Sulaim melahirkan seorang anak kembali yang diberi nama Abdullah oleh Nabi SAW. Dan salah seorang di antara kaum Anshar berkata, "Kemudian aku melihat tujuh orang anak, semuanya pandai membaca Al-Qur'an, yakni anak-anak dari Abdullah. Semua itu, tidak lain karena dikabulkannya do'a Rasulullah SAW ketika berdo'a, 'Ya Allah, berikanlah berkah kepada mereka berdua.'."

Kisah di atas, telah mengajarkan kepada kita bahwa di antara sikap patriotisme imani yang dimiliki oleh istri-istri para sahabat yang menunjukkan kesabaran, keridhaan, dan keimanan ketika kematian anaknya, adalah sikap tabah Ummu Sulaim. Sikap inilah yang senantiasa mesti kita tiru dan dibangun dalam sebuah keluarga muslim. Lalu, jangan lupa dalam menghadapi cobaan hidup itu kita berdo'a, "Ya Allah, ringankanlah kami menanggung beban musibah dunia. Berikanlah kami sifat ridha atas qadha dan qadharMu. Pimpinlah kami di dunia dan di akhirat, karena hanya Engkau-lah sebaik-baik pemimpin, wahai Tuhan Seru sekalian alam."

Menyikapi fenomena itu, Dr. Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan, ketika seorang muslim mencapai taraf iman dan keyakinan yang tinggi, mempercayai ketentuan takdir, baik dan buruknya itu adalah dari Allah SWT, maka akan tampak kecil segala peristiwa dan musibah yang menimpa dirinya. Ia akan berserah diri kepada Allah SWT, jiwanya akan merasa tenang, hatinya akan tabah menghadapi cobaan, ridha akan ketentuan Allah dan tunduk kepada takdirNya.

Sehingga dengan berlandaskan iman semacam itu, Nabi SAW telah memberitahukan kepada umatnya bahwa siapa pun yang ditinggal oleh kematian anaknya, kemudian ia bersabar dan mengucapkan, "Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un." (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kepadaNyalah kami akan kembali). Maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga yang diberi nama Baitul Hamdi (Rumah Pujian).

Akhirnya, tidak diragukan lagi, jika iman kepada Allah SWT ini benar-benar telah meresap di dalam kalbu. Ia akan membuat keajaiban-keajaiban. Sebab, iman itu sesungguhnya dapat mengubah seseorang dari kondisi lemah menjadi kuat. Pengecut menjadi pemberani. Bakhil menjadi dermawan. Dan dari gelisah menjadi tabah.

Wallahu a'lam.